Minggu, 09 November 2014

perlindungan anak di Hutan Rakyat

1. Peningkatan Kesadaran Siswa Sekolah Dasar
Terhadap Dampak Kebakaran Hutan



Tujuan

1.     Memberitahukan kepada siswa sekolah dasar tentang dampak kebakaran hutan.
2.     Meningkatakan kesadaran sejak dini kepada siswa sekolah dasar dalam menjaga dan memelihara hutan.

Pembahasan
Hutan merupakan sumber daya alam hayati yang patut kita lindungi dan pelihara. Pada hakikatnya hutan merupakan warisan nenek moyang yang didalamnya terdapat sumber daya alam yang begitu melimpah, contohnya berbagai macam satwa, fauna dan flora dari yang biasa kita temukan di lingkungan rumah dan endemik. Sekarang ini luasan hutan mulai berkurang secara drastis karena maraknya perburuan liar, kebakaran hutan, illegal logging, konversi hutan. Jika hal ini terus menjamur maka hutan kita di dunia akan habis dalam kurun waktu ± 20 th kedepan. Sebagai generasi penerus, kita harus mengubah pola pikir berbagai pihak terutama generasi-generasi penerus bangsa yang notabene adalah pemegang kekuasaan masa depan. Bukan hanya berdampak untuk generasi penerus bangsa namun untuk kehidupan rakyat di dunia, tanpa adanya hutan manusia tidak dapat hidup karena hutan menyediakan segala yang manusia butuhkan mulai jasa lingkungan, penyimpan karbon, penyangga kehidupan, pengatur siklus hodrologi, serta masih banyak lagi.
Sejak tahun 1877 kebakaran hutan Indonesia mulai meningkat, hal ini disebabkan banyaknya lahan gambut, lahan terbuka akibat illegal logging yang mudah dipanasi dan mudah terbakar, serta sigstem lading berpindah dari masyarakat lokal, serta adanya budaya membakar dalam pembukaaan wilayah hutan. Hal ini sangat disayangkan mengingat hutan Indonesia yang begitu luas berkurang hanya karena kebakaran. Melihat hal tersebut perlu adanya kesadaran dari diri masing-masing pihak dalam pengelolaan, perlindungan hutan. Dalam mewujudkan hutan lestari diperlukan perlindungan, pemanfaatan, dan pemanfaatan. Dalam hal ini sangat diperlukan bantuan dari seluruh stakeholder, pemerinntah, akademisi, serta masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain seperti sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya meliputi:
1.      Terganggunya aktivitas sehari-hari: Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2.      Menurunnya produktivitas: Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
3.      Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan: Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
4.      Meningkatnya hama: Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajahmonyet, dan binatang lain.
5.      Terganggunya kesehatan: Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
6.      Tersedotnya anggaran Negara: Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
7.      Menurunnya devisa Negara: Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa negara.
Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah:
1.      Hilangnya sejumlah spesies: selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
2.      Erosi: Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
3.      Alih fungsi hutan:  Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.
4.      Penurunan kualitas air: Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5.      Pemanasan global: Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
6.      Sendimentasi sungai: Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7.      Meningkatnya bencana alam: Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Semuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
Dalam melakukan penanggulangan terhadap masalah tersebut maka sangat diperlukan peningkatan kesadaran melindungi dan memelihara hutan dilakukan sejak dini agar menjadi kebiasaan.  Sejak anak mulai menginjak bangku sekolah dasar seharusnya sudah mulai dikenalkan bagaimana bahaya api pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Peran orang tua dan guru sangat diperlukan karena biasanya di usia anak-anak masih mengikuti apa yang diminta orang tua ataupun guru saat disekolah. Saat anak usia 7 – 12 tahun merupakan fase mencoba-coba hal yang mereka belum tahu dan masih perlu sekali pengawasan.
Dalam acara penyuluhan ini diharapkan para siswa SD mulai mengetahui bahaya bermain api jika tidak ada pengawasan orang tua serta damapak yang ditimbulkan api terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar. Dan mulai mengenalkan sumberdaya alam hayati yang terdapat di dalam hutan agar para isswa sekolah dasar mempunyai rasa memiliki yang dapat menumbuhkan kesadarn sejak dini tentang pentingnya menjaga hutan dan isinya.





Diposkan 3rd November 2013 oleh AIMANUL KIROM
  
0 
Tambahkan komentar
2.   

Mata Kuliah    : Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan
Dosen              : Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS.

Bagian 1:
MANFAAT HUTAN DALAM PERDAGANGAN KARBON
Irwanto, S. Hut., 2010

Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Conference of the Parties (COP) 15 di Kopenhagen, Denmark, pada tanggal 7-18 Desember 2009, walaupun gagal menandatangani dokumen terakhir yang berdaya mengikat secara hukum, namun telah meletakkan dasar yang kokoh bagi peningkatan kerjasama komunitas internasional. Kopenhagen akan menjadi titik tolak baru penanggapan perubahan iklim.
Melalui upaya bersama berbagai pihak, Konferensi Kopenhagen dengan tegas memelihara kerangka dan prinsip yang tercantum dalam Konvensi Kerangka Perubahan Iklim PBB dan Protokol Kyoto, sementara itu, mengayunkan langkah baru dalam mendorong negara-negara maju secara wajib melaksanakan pengurangan emisi gas rumah kaca dan negara-negara berkembang secara inisiatif mengambil aksi pengurangan emisi. Konferensi mencapai kesepahaman luas mengenai target jangka panjang global, dukungan dana dan teknologi serta transparansi terkait. Persetujuan Kopenhagen yang diterima baik para peserta konferensi telah meletakkan dasar bagi berbagai negara di dunia untuk mencapai persetujuan global pertama dalam arti sesungguhnya mengenai pembatasan dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Persetujuan Kopenhagen akan diserahkan berbagai negara kepada lembaga legislatif negeri masing-masing untuk disahkan pada Januari tahun 2010, agar persetujuan tersebut dapat disahkan sebagai dokumen hukum dalam konferensi iklim yang akan digelar di Kota Meksiko tahun 2010 mendatang.
Persetujuan yang dilakukan pada KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro melalui Protokol Kyoto sepakat untuk mengurangi emisi pencemaran udara (gas rumah kaca/GRK) sebesar rata-rata 5,3% dari tingkat emisi tahun 1990 yang harus dicapai pada periode komitmen pertama antara tahun 2008-2012. Sebenarnya emisi gas yang dimaksud dalam Protokol Kyoto bukan hanya karbon tetapi juga hidrokarbon, metan, nitrogen oksida, hidrofluorokarbon dan perfluorokarbon, akan tetapi dalam perkembangannya seluruh gas tersebut dinyatakan dengan ekivalen karbon.
Dalam kaitan ini yang tidak mudah adalah kesepakatan untuk menentukan kriteria untuk menghitung jumlah biaya dan besarnya unit reduksi emisi yang diperjual belikan. Terlebih lagi salah satu persyaratan perdagangan karbon adalah Certified Emission Reduction yang dilakukan oleh Supervisory Executive Board Smits memberitahukan bahwa Yayasan Gibbon dan The Balikpapan Orang utan Survival Foundation telah memulai bermain dalam perdagangan karbon di Kalimantan. Dengan kemampuan teknologi citra radar yang dimiliki, lembaga tersebut bisa meyakinkan kepada pihak pembeli, sehingga mendapatkan pembiayaan untuk membangun hutannya bersama dengan masyarakat setempat. Dengan perdagangan karbon ini hutan yang dibangun dapat mempekerjakan lebih dari 650 kepala keluarga. Harga jual karbon yang saat ini berlaku adalah US $ 2-7 setiap ton karbon per tahun. Kunci keberhasilannya adalah kemajuan informasi yang dimiliki baik dalam citra radar untuk pemantauan kegiatan lapangan yang setiap saat dengan mudah diakses dan dilakukan penilaian total karbon yang dihasilkan. Pekerjaan ini berarti sudah bersifat resource and community based management. (Marsono, 2004)
Namun perdagangan karbon lewat jalur clean development mechanism (CDM) dianggap terlalu rumit. Kerumitan tersebut misalnya, dalam hal kriteria perlunya pemantauan agar penyerapan dan pelepasan karbon suatu lahan yang sudah ditanami kembali dalam kondisi yang baik dalam beberapa tahun kemudian. Sekalipun rumit diterapkan di Indonesia, negara lain yang memperoleh manfaat dari CDM, antara lain Filipina dan Brasil.
Setelah sulit menerapkan clean development mechanism (CDM)membuat Indonesia beralih ke jalurreduced emission from deforestation and degradation (REDD). Kini, lewat jalur REDD, diharapkan Indonesia memperoleh manfaat dari upaya pemeliharaan terhadap hutan untuk mengurangi emisi karbon. Pemeliharaan ini juga diperhitungkan dalam perdagangan karbon, dan sesuai dengan Konvensi Perubahan Iklim di Bali; diharapkan REDD bisa dilaksanakan tahun 2012.
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi Dari Deforestasi Dan Degradasi Hutan (REDD) menjelaskan bahwa REDD adalah semua upaya pengelolaan hutan dalam rangka pencegahan dan atau pengurangan penurunan kuantitas tutupan hutan dan stok karbon yang dilakukan melalui berbagai kegiatan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Sedangkan Perdagangan Karbon didefinisikan sebagai kegiatan perdagangan jasa yang berasal dari kegiatan pengelolaan hutan yang menghasilkan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.


Daftar Pustaka:
Irwanto. 2010. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon. [Terhubung berkala]http://www.irwantoshut.com/carbon_trade_indonesia_forests.html [31 Agustus 2010]




Bagian 2:
INDONESIA GAGAL MANFAATKAN KARBON
Irwanto, S. Hut., 2010

Menjaga hutan sangat penting untuk mengendalikan emisi karbon dan juga dapat menguntungkan negara Indonesia dalam perdagangan karbon di dunia. Indonesia gagal memperoleh manfaat dari perdagangan karbon lewat jalur clean development mechanism (CDM). Kegagalan itu membuat Indonesia beralih ke jalur reduced emission from deforestation and degradation (REDD) yang saat ini mekanismenya masih dalam pembahasan di tingkat nasional ataupun global.
Peneliti bidang ekologi dari LIPI, Dr. Herwint Simbolon, kepada SP saat workshop Wild Fire Management in Peat Forest in Central Kalimantan di Jakarta, Kamis (5/3) mengatakan, kegagalan itu disebabkan rumitnya sistem perdagangan karbon lewat jalur CDM. Kerumitan itu misalnya, dalam hal kriteria. Suatu lahan yang sudah ditanami kembali, perlu dipantau agar penyerapan dan pelepasan karbon di lahan tersebut dalam kondisi yang baik dalam beberapa tahun kemudian.
Seperti diketahui, jalur CDM memperhitungkan perdagangan karbon melalui penanaman kembali lahan yang rusak. Emisi karbon yang bisa dikendalikan dengan penanaman itu dikonversikan dengan nilai/harga karbon secara global. Sektor yang bertanggung jawab di bidang penanaman kembali atau penghijauan ini adalah Departemen Kehutanan. "Harnpir tidak ada penghijauan, karena kriteria yang dipakai berat, juga kesulitan dalam lokasi dan manajemennya," ujar Simbolon.
Sekalipun sulit diterapkan di Indonesia, negara lain yang memperoleh manfaat dari CDM, antara lain Filipina dan Brasil. Kini, lewat jalur REDD, diharapkan Indonesia memperoleh manfaat. REDD merupakan upaya pemeliharaan terhadap hutan di suatu negara untuk mengurangi emisi karbon. Pemeliharaan ini juga diperhitungkan dalam perdagangan karbon, dan sesuai dengan Konvensi Perubahan Iklim di Bali; diharapkan REDD bisa dilaksanakan tahun 2012.
Terkait dengan persiapan itu, menurut Dr. Simbolon, Indonesia bekerja sama dengan Jepang dan Australia. Dari kerja sama itu, Indonesia diharapkan bisa melakukan pernantauan dan penghitungan karbon dari tahun ke tahun. Di samping itu, permasalahan yang belum bisa diselesaikan terkait dengan REDD adalah pihak atau institusi mana yang akan menerima keuntungan dari upaya pemeliharaan lahan. "Apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau perorangan yang menerima manfaat tersebut. dan besaran yang diterima juga belum ditentukan," kata Simbolon.

Daftar Pustaka:
Irwanto. 2010. Indonesia Gagal Manfaatkan Karbon. [Terhubung berkala]http://www.irwantoshut.com/global_warming1.html [31 Agustus 2010]

Diposkan 18th September 2013 oleh AIMANUL KIROM
Label: kehutanan
  
0 
Tambahkan komentar
3.   
4


Model Proposal Bisnis Sederhana

Personal Data
Nama                                     : Achmad Firman Maulana
Tempat & Tanggal Lahir  : Pasuruan, 21 Novembrer 1991
Status Pendidikan             : Mahasiswa Dept. Arsitektur Lanskap IPB
Alamat                                   : Balumbang Jaya, No. 11 RT/RW 01/08 Dramaga, Bogor
Telpon/mobile                     :-
Email                                      : firmanmaulana_21@yahoo.com


Jenis Usaha
·         FND Clothing. (Environmentally T-shirt concept of urban street)


Detail produk (bahan baku, proses, dan kapasitas)
·         Kaos berkualitas distro yang mempunyai konsep tentang lingkungan dengan perpaduan mulai dari bentuk desain,warna, dan kata-kata yang bertemakan lingkungan. Sehingga membuat orang percaya diri untuk memakai kaos ini dan secara tidak langsung mengajak orang untuk mengerti akan pentingnya lingkungan disekitar melalui desain dan kata-kata yang tertera di kaos.
·         Bahan kaos combed 30S, pencetakan kaos menggunakan printer Direct to Garmen (DTG). Keunggulan printer ini adalah sebagai berikut:
ü Proses cetak langsung ke media kaos putih polos. Lebih Mudah, Cepat dan Hemat.
ü Langsung mencetak melalui software design seperti Adobe Photoshop, Illustrator, Corel Draw, Quark, Freehand.
ü Dapat mencetak 60 kaos dalam 1 jam dengan ukuran (Area Cetak) =  A3+ (31,8 X 48,0) cm.
ü Dapat mencetak dengan semua warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black).
ü Hasil lebih terang dan warna tinta lebih kuat sehingga tidak mudah luntur (Teruji Daya Tahan hingga 100x pencucian).
ü Dapat dicetak pada kaos berbahan katun Combed 20S dan 30S yang merupakan produk unggulan kaos berbahan katun.
ü Biaya cetak bisa lebih murah karena tidak ada minimum quantity seperti pada sablon manual.
ü Hemat Listrik karena tidak memerlukan mesin press dan transfer paper seperti pada sablon digital.
·         Harga kaos oblong combed 30S Rp 30.000, biaya pencetakan Rp 5.000 full color ukuran A3, sehingga harga persatuan kaos adalah Rp 55.000
·         Pada jasa pencetakan kaos satuan plus desain, harga persatuan kaos adalah Rp 60.000, Namun jika pencetakan 1 lusin maka harga persatuan kaos adalah Rp 55.000


Target pasar produk
·         Mahasiswa Kampus IPB, Bogor dan perguruan tinggi lainnya.
·         Kalangan umum khususnya para pemuda.
·         Target penjualan harian sebanyak 12 kaos/hari. Maka dalam satu bulan penjualan ditargetkan mencapai 30 lusin (360 kaos). Penjualan selanjutnya ditargetkan mengalami peningkatan sebesar 10-15 % setiap bulannya.

Strategi Pemasaran
·         Kerjasama dengan organisasi kampus baik eksternal maupun internal khususnya dalam pembuatan kaos untuk acara tertentu baik akademik maupun non akademik.
·         Kerjasama dengan organisasi atau komunitas pecinta lingkungan sebagai pendekatan promosi serta sebagai pendukung kegiatan yang bersifat sosial.
·         Melayani pencetakan persatuan kaos dan lusinan dengan desain bisa dibuat sendiri, dan bisa langsung memilih sesuai dengan katalog yang tersedia.
·         Untuk layanan pemesanan, selain disediakan nomor hotline, juga bisa dilakukan via email.
·         Untuk promosi akan dilakukan melalui blog FND Clothing dan jaringan social media (facebook, twitter, dll). Sehingga untuk promosi tidak memerlukan biaya.
·         Metode promosi lewat twitter akan menulis tweet sesuatu ajakan atau pengetahuan tentang lingkungan. Kemudian tiap 1 bulan akan diadakan kuis dengan hadiah 1 kaos untuk 1 orang pemenang yang dapat menjawab pertanyaan tentang lingkungan.
·         Mempunyai tabungan yang dinamakan “Kotak Envi”  yaitu sejenis tabungan yang hasilnya akan disumbangkan atau akan diadakan kegiatan yang bersifat sosial dan lingkungan. Kotak Envi merupakan tabungan dari setiap pembelian 1 kaos maka Rp 1.000,00 akan dimasukkan pada Kotak Envi. Serta kotak ini juga bersifat umum dan bersedia menerima sumbangan.

Biaya Produksi & Pemasaran
·         Biaya Operasional Perbulan
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Biaya Total
Kaos
100
30.000
3.000.000
Biaya tinta perkaos
100
5.000
500.000
Biaya listrik dan internet
1
250.000
250.000
1 buah kaos hadiah bulanan
1
60.000
60.000
Total
3.810.000

·         Kebutuhan Modal
Biaya Investasi
Jumlah
Harga satuan
Biaya
Printer DTG A3
1
15.000.000
15.000.000
Total
15.000.000


Total Modal Awal
Biaya Total
Biaya Operasional
3.810.000
Biaya Investasi
15.000.000
Total
18.810.000


Proyeksi Pendapatan
·         Estimasi Pendapatan Perbulan
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Total
Biaya produksi
100
38.100
3.810.000
Harga jual kaos (satuan)
100
60.000
6.000.000
Estimasi keuntungan produk
25.000
2.190.000