1.
Peningkatan
Kesadaran Siswa Sekolah Dasar
Terhadap Dampak Kebakaran Hutan
Tujuan
1. Memberitahukan kepada siswa sekolah dasar tentang dampak
kebakaran hutan.
2. Meningkatakan kesadaran sejak dini kepada siswa sekolah dasar
dalam menjaga dan memelihara hutan.
Pembahasan
Hutan merupakan sumber daya alam hayati yang
patut kita lindungi dan pelihara. Pada hakikatnya hutan merupakan warisan nenek
moyang yang didalamnya terdapat sumber daya alam yang begitu melimpah,
contohnya berbagai macam satwa, fauna dan flora dari yang biasa kita temukan di
lingkungan rumah dan endemik. Sekarang ini luasan hutan mulai berkurang secara
drastis karena maraknya perburuan liar, kebakaran hutan, illegal logging,
konversi hutan. Jika hal ini terus menjamur maka hutan kita di dunia akan habis
dalam kurun waktu ± 20 th kedepan. Sebagai generasi penerus, kita harus
mengubah pola pikir berbagai pihak terutama generasi-generasi penerus bangsa
yang notabene adalah pemegang kekuasaan masa depan. Bukan hanya berdampak untuk
generasi penerus bangsa namun untuk kehidupan rakyat di dunia, tanpa adanya
hutan manusia tidak dapat hidup karena hutan menyediakan segala yang manusia
butuhkan mulai jasa lingkungan, penyimpan karbon, penyangga kehidupan, pengatur
siklus hodrologi, serta masih banyak lagi.
Sejak tahun 1877 kebakaran hutan Indonesia
mulai meningkat, hal ini disebabkan banyaknya lahan gambut, lahan terbuka
akibat illegal logging yang mudah dipanasi dan mudah terbakar, serta sigstem
lading berpindah dari masyarakat lokal, serta adanya budaya membakar dalam
pembukaaan wilayah hutan. Hal ini sangat disayangkan mengingat hutan Indonesia
yang begitu luas berkurang hanya karena kebakaran. Melihat hal tersebut perlu
adanya kesadaran dari diri masing-masing pihak dalam pengelolaan, perlindungan
hutan. Dalam mewujudkan hutan lestari diperlukan perlindungan, pemanfaatan, dan
pemanfaatan. Dalam hal ini sangat diperlukan bantuan dari seluruh stakeholder,
pemerinntah, akademisi, serta masyarakat.
Dampak yang
ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan
tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan
saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain
seperti sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan
lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap
perhubungan dan pariwisata.
Kebakaran hutan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang diantaranya meliputi:
1. Terganggunya aktivitas sehari-hari: Asap yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang
aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya produktivitas: Terganggunya
aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan
penghasilan.
3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat
di dan sekitar hutan: Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup
dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area
kerja (mata pencarian).
4. Meningkatnya hama: Kebakaran hutan akan
memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga
spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu,
terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk
keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
5. Terganggunya kesehatan: Kebakaran hutan
berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain
infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan
lain-lain.
6. Tersedotnya anggaran Negara: Setiap tahunnya
diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun
untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal
kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
7. Menurunnya devisa Negara: Hutan telah menjadi
salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu
lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan
musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada
akhirnya berpengaruh pada devisa negara.
Kebakaran hutan
memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya
adalah:
1. Hilangnya sejumlah spesies: selain membakar
aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan
hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah
akibat kebakaran hutan.
2. Erosi: Hutan dengan tanamannya berfungsi
sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan
menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan
angin sekalipun.
3. Alih fungsi hutan: Kawasan hutan
yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan
sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang
ilalang.
4. Penurunan kualitas air: Salah satu fungsi
ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan
dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan global: Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas
CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan
kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada
perubahan iklim dan pemansan global.
6. Sendimentasi sungai: Debu dan sisa pembakaran
yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7. Meningkatnya bencana alam: Terganggunya fungsi
ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan)
meningkat.
Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah
serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke
daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata
baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai
sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara.
Semuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
Dalam melakukan penanggulangan terhadap
masalah tersebut maka sangat diperlukan peningkatan kesadaran melindungi dan
memelihara hutan dilakukan sejak dini agar menjadi kebiasaan. Sejak
anak mulai menginjak bangku sekolah dasar seharusnya sudah mulai dikenalkan
bagaimana bahaya api pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Peran
orang tua dan guru sangat diperlukan karena biasanya di usia anak-anak masih
mengikuti apa yang diminta orang tua ataupun guru saat disekolah. Saat anak
usia 7 – 12 tahun merupakan fase mencoba-coba hal yang mereka belum tahu dan
masih perlu sekali pengawasan.
Dalam acara penyuluhan ini diharapkan para
siswa SD mulai mengetahui bahaya bermain api jika tidak ada pengawasan orang
tua serta damapak yang ditimbulkan api terhadap kesehatan dan lingkungan
sekitar. Dan mulai mengenalkan sumberdaya alam hayati yang terdapat di dalam
hutan agar para isswa sekolah dasar mempunyai rasa memiliki yang dapat
menumbuhkan kesadarn sejak dini tentang pentingnya menjaga hutan dan isinya.
Diposkan 3rd November 2013 oleh AIMANUL KIROM
0
Tambahkan komentar
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Kehutanan
dan Etika Lingkungan
Dosen :
Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS.
Bagian 1:
MANFAAT HUTAN DALAM PERDAGANGAN KARBON
Irwanto, S. Hut., 2010
Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim atau
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Conference of
the Parties (COP) 15 di Kopenhagen, Denmark, pada tanggal 7-18 Desember 2009,
walaupun gagal menandatangani dokumen terakhir yang berdaya mengikat secara
hukum, namun telah meletakkan dasar yang kokoh bagi peningkatan kerjasama
komunitas internasional. Kopenhagen akan menjadi titik tolak baru penanggapan
perubahan iklim.
Melalui upaya bersama berbagai pihak,
Konferensi Kopenhagen dengan tegas memelihara kerangka dan prinsip yang
tercantum dalam Konvensi Kerangka Perubahan Iklim PBB dan Protokol
Kyoto, sementara itu, mengayunkan langkah baru dalam mendorong
negara-negara maju secara wajib melaksanakan pengurangan emisi gas rumah kaca
dan negara-negara berkembang secara inisiatif mengambil aksi pengurangan emisi.
Konferensi mencapai kesepahaman luas mengenai target jangka panjang global,
dukungan dana dan teknologi serta transparansi terkait. Persetujuan Kopenhagen
yang diterima baik para peserta konferensi telah meletakkan dasar bagi berbagai
negara di dunia untuk mencapai persetujuan global pertama dalam arti
sesungguhnya mengenai pembatasan dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Persetujuan Kopenhagen akan diserahkan berbagai negara kepada lembaga legislatif
negeri masing-masing untuk disahkan pada Januari tahun 2010, agar persetujuan
tersebut dapat disahkan sebagai dokumen hukum dalam konferensi iklim yang akan
digelar di Kota Meksiko tahun 2010 mendatang.
Persetujuan yang dilakukan pada KTT Bumi 1992
di Rio de Janeiro melalui Protokol Kyoto sepakat untuk mengurangi emisi
pencemaran udara (gas rumah kaca/GRK) sebesar rata-rata 5,3% dari tingkat emisi
tahun 1990 yang harus dicapai pada periode komitmen pertama antara tahun
2008-2012. Sebenarnya emisi gas yang dimaksud dalam Protokol Kyoto bukan hanya
karbon tetapi juga hidrokarbon, metan, nitrogen oksida, hidrofluorokarbon dan
perfluorokarbon, akan tetapi dalam perkembangannya seluruh gas tersebut
dinyatakan dengan ekivalen karbon.
Dalam kaitan ini yang tidak mudah adalah
kesepakatan untuk menentukan kriteria untuk menghitung jumlah biaya dan
besarnya unit reduksi emisi yang diperjual belikan. Terlebih lagi salah satu
persyaratan perdagangan karbon adalah Certified Emission Reduction yang
dilakukan oleh Supervisory Executive Board Smits memberitahukan bahwa Yayasan
Gibbon dan The Balikpapan Orang utan Survival Foundation telah memulai bermain
dalam perdagangan karbon di Kalimantan. Dengan kemampuan teknologi citra radar
yang dimiliki, lembaga tersebut bisa meyakinkan kepada pihak pembeli, sehingga
mendapatkan pembiayaan untuk membangun hutannya bersama dengan masyarakat
setempat. Dengan perdagangan karbon ini hutan yang dibangun dapat mempekerjakan
lebih dari 650 kepala keluarga. Harga jual karbon yang saat ini berlaku adalah
US $ 2-7 setiap ton karbon per tahun. Kunci keberhasilannya adalah kemajuan
informasi yang dimiliki baik dalam citra radar untuk pemantauan kegiatan
lapangan yang setiap saat dengan mudah diakses dan dilakukan penilaian total
karbon yang dihasilkan. Pekerjaan ini berarti sudah bersifat resource and
community based management. (Marsono, 2004)
Namun perdagangan karbon lewat jalur clean
development mechanism (CDM) dianggap terlalu rumit.
Kerumitan tersebut misalnya, dalam hal kriteria perlunya pemantauan agar penyerapan dan
pelepasan karbon suatu lahan yang sudah ditanami kembali dalam kondisi yang
baik dalam beberapa tahun kemudian. Sekalipun rumit diterapkan di Indonesia,
negara lain yang memperoleh manfaat dari CDM, antara lain Filipina dan Brasil.
Setelah sulit menerapkan clean
development mechanism (CDM), membuat
Indonesia beralih ke jalurreduced emission from deforestation and degradation (REDD). Kini, lewat jalur REDD, diharapkan Indonesia memperoleh
manfaat dari upaya pemeliharaan terhadap hutan untuk mengurangi emisi karbon.
Pemeliharaan ini juga diperhitungkan dalam perdagangan karbon, dan sesuai
dengan Konvensi Perubahan Iklim di Bali; diharapkan REDD bisa dilaksanakan
tahun 2012.
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi Dari
Deforestasi Dan Degradasi Hutan (REDD) menjelaskan bahwa REDD adalah semua
upaya pengelolaan hutan dalam rangka pencegahan dan atau pengurangan penurunan
kuantitas tutupan hutan dan stok karbon yang dilakukan melalui berbagai
kegiatan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Sedangkan
Perdagangan Karbon didefinisikan sebagai kegiatan perdagangan jasa yang berasal
dari kegiatan pengelolaan hutan yang menghasilkan pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan.
Daftar Pustaka:
Irwanto. 2010. Manfaat Hutan dalam
Perdagangan Karbon. [Terhubung berkala]http://www.irwantoshut.com/carbon_trade_indonesia_forests.html [31 Agustus
2010]
Bagian 2:
INDONESIA GAGAL MANFAATKAN KARBON
Irwanto, S. Hut., 2010
Menjaga hutan sangat penting untuk
mengendalikan emisi karbon dan juga dapat menguntungkan negara Indonesia dalam
perdagangan karbon di dunia. Indonesia gagal memperoleh manfaat dari perdagangan
karbon lewat jalur clean development mechanism (CDM). Kegagalan itu
membuat Indonesia beralih ke jalur reduced emission from deforestation
and degradation (REDD) yang saat ini mekanismenya masih dalam
pembahasan di tingkat nasional ataupun global.
Peneliti bidang ekologi dari LIPI, Dr. Herwint
Simbolon, kepada SP saat workshop Wild Fire Management in Peat Forest
in Central Kalimantan di Jakarta, Kamis (5/3) mengatakan, kegagalan
itu disebabkan rumitnya sistem perdagangan karbon lewat jalur CDM. Kerumitan
itu misalnya, dalam hal kriteria. Suatu lahan yang sudah ditanami kembali,
perlu dipantau agar penyerapan dan pelepasan karbon di lahan tersebut dalam
kondisi yang baik dalam beberapa tahun kemudian.
Seperti diketahui, jalur CDM memperhitungkan perdagangan
karbon melalui penanaman kembali lahan yang rusak. Emisi karbon yang bisa
dikendalikan dengan penanaman itu dikonversikan dengan nilai/harga karbon
secara global. Sektor yang bertanggung jawab di bidang penanaman kembali atau
penghijauan ini adalah Departemen Kehutanan. "Harnpir tidak ada
penghijauan, karena kriteria yang dipakai berat, juga kesulitan dalam lokasi
dan manajemennya," ujar Simbolon.
Sekalipun sulit diterapkan di Indonesia,
negara lain yang memperoleh manfaat dari CDM, antara lain Filipina dan Brasil.
Kini, lewat jalur REDD, diharapkan Indonesia memperoleh manfaat. REDD merupakan
upaya pemeliharaan terhadap hutan di suatu negara untuk mengurangi emisi
karbon. Pemeliharaan ini juga diperhitungkan dalam perdagangan karbon, dan
sesuai dengan Konvensi Perubahan Iklim di Bali; diharapkan REDD bisa
dilaksanakan tahun 2012.
Terkait dengan persiapan itu, menurut Dr.
Simbolon, Indonesia bekerja sama dengan Jepang dan Australia. Dari kerja sama
itu, Indonesia diharapkan bisa melakukan pernantauan dan penghitungan karbon
dari tahun ke tahun. Di samping itu, permasalahan yang belum bisa diselesaikan
terkait dengan REDD adalah pihak atau institusi mana yang akan menerima
keuntungan dari upaya pemeliharaan lahan. "Apakah pemerintah pusat, pemerintah
daerah, atau perorangan yang menerima manfaat tersebut. dan besaran yang
diterima juga belum ditentukan," kata Simbolon.
Daftar Pustaka:
Irwanto. 2010. Indonesia Gagal
Manfaatkan Karbon. [Terhubung berkala]http://www.irwantoshut.com/global_warming1.html [31 Agustus 2010]
Diposkan 18th September 2013 oleh AIMANUL KIROM
Label: kehutanan
0
Tambahkan komentar
Model Proposal Bisnis Sederhana
Personal Data
Nama :
Achmad Firman Maulana
Tempat & Tanggal Lahir :
Pasuruan, 21 Novembrer 1991
Status
Pendidikan :
Mahasiswa Dept. Arsitektur Lanskap IPB
Alamat : Balumbang Jaya, No. 11 RT/RW 01/08 Dramaga,
Bogor
Telpon/mobile :-
Email :
firmanmaulana_21@yahoo.com
Jenis Usaha
· FND Clothing. (Environmentally T-shirt concept of urban street)
Detail produk (bahan baku, proses, dan
kapasitas)
· Kaos berkualitas distro
yang mempunyai konsep tentang lingkungan dengan perpaduan mulai dari bentuk
desain,warna, dan kata-kata yang bertemakan lingkungan. Sehingga membuat orang
percaya diri untuk memakai
kaos ini dan secara tidak langsung mengajak orang untuk mengerti akan
pentingnya lingkungan disekitar melalui desain dan kata-kata yang tertera di
kaos.
· Bahan kaos combed 30S,
pencetakan kaos menggunakan printer Direct to Garmen (DTG). Keunggulan printer
ini adalah sebagai berikut:
ü Proses cetak langsung ke
media kaos putih polos. Lebih Mudah, Cepat dan Hemat.
ü Langsung mencetak melalui
software design seperti Adobe Photoshop, Illustrator, Corel Draw, Quark,
Freehand.
ü Dapat mencetak 60 kaos
dalam 1 jam dengan ukuran (Area Cetak) = A3+ (31,8 X 48,0) cm.
ü Dapat mencetak dengan semua
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black).
ü Hasil lebih terang dan
warna tinta lebih kuat sehingga tidak mudah luntur (Teruji Daya Tahan hingga
100x pencucian).
ü Dapat dicetak pada kaos
berbahan katun Combed 20S dan 30S yang merupakan produk unggulan kaos berbahan
katun.
ü Biaya cetak bisa lebih
murah karena tidak ada minimum quantity seperti pada sablon manual.
ü Hemat Listrik karena tidak
memerlukan mesin press dan transfer paper seperti pada sablon digital.
· Harga kaos oblong combed
30S Rp 30.000, biaya pencetakan Rp 5.000 full color ukuran A3, sehingga harga
persatuan kaos adalah Rp 55.000
· Pada jasa pencetakan kaos
satuan plus desain, harga persatuan kaos adalah Rp 60.000, Namun jika
pencetakan 1 lusin maka harga persatuan kaos adalah Rp 55.000
Target pasar produk
· Mahasiswa Kampus IPB, Bogor dan perguruan
tinggi lainnya.
· Kalangan umum khususnya
para pemuda.
· Target penjualan harian sebanyak 12 kaos/hari.
Maka dalam satu bulan penjualan ditargetkan mencapai 30 lusin (360 kaos).
Penjualan selanjutnya ditargetkan mengalami peningkatan sebesar 10-15 % setiap
bulannya.
Strategi Pemasaran
· Kerjasama dengan organisasi kampus baik
eksternal maupun internal khususnya dalam pembuatan kaos untuk
acara tertentu baik akademik maupun non akademik.
· Kerjasama dengan
organisasi atau komunitas pecinta lingkungan sebagai pendekatan promosi serta
sebagai pendukung kegiatan yang bersifat sosial.
· Melayani pencetakan persatuan kaos dan lusinan
dengan desain bisa dibuat sendiri, dan bisa langsung memilih
sesuai dengan katalog yang tersedia.
· Untuk layanan pemesanan, selain disediakan
nomor hotline, juga bisa dilakukan via email.
· Untuk promosi akan dilakukan melalui blog FND
Clothing dan jaringan social media (facebook, twitter, dll). Sehingga untuk
promosi tidak memerlukan biaya.
· Metode promosi lewat
twitter akan menulis tweet sesuatu ajakan atau pengetahuan tentang lingkungan.
Kemudian tiap 1 bulan akan diadakan kuis dengan hadiah 1 kaos untuk 1 orang
pemenang yang dapat menjawab pertanyaan tentang lingkungan.
· Mempunyai tabungan yang
dinamakan “Kotak Envi” yaitu sejenis tabungan yang hasilnya akan
disumbangkan atau akan diadakan kegiatan yang bersifat sosial dan lingkungan.
Kotak Envi merupakan tabungan dari setiap pembelian 1 kaos maka Rp 1.000,00
akan dimasukkan pada Kotak Envi. Serta kotak ini juga bersifat umum dan
bersedia menerima sumbangan.
Biaya Produksi & Pemasaran
· Biaya Operasional Perbulan
Uraian
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Biaya Total
|
Kaos
|
100
|
30.000
|
3.000.000
|
Biaya tinta perkaos
|
100
|
5.000
|
500.000
|
Biaya listrik dan
internet
|
1
|
250.000
|
250.000
|
1 buah kaos hadiah
bulanan
|
1
|
60.000
|
60.000
|
Total
|
3.810.000
|
· Kebutuhan Modal
Biaya Investasi
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Biaya
|
Printer DTG A3
|
1
|
15.000.000
|
15.000.000
|
Total
|
15.000.000
|
Total Modal Awal
|
Biaya Total
|
Biaya Operasional
|
3.810.000
|
Biaya Investasi
|
15.000.000
|
Total
|
18.810.000
|
Proyeksi Pendapatan
· Estimasi Pendapatan Perbulan
Uraian
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Total
|
Biaya produksi
|
100
|
38.100
|
3.810.000
|
Harga jual kaos
(satuan)
|
100
|
60.000
|
6.000.000
|
Estimasi keuntungan
produk
|
25.000
|
2.190.000
|